Makin Ramping Tanpa Goda Inflasi
Sesuai kelaziman setiap musim, skuad penuh tiap klub di benua Eropa
baru dapat diketahui setelah bursa transfer musim panas ditutup. Seakan
hendak mengonfirmasi persaingan yang akan memuncak di level lintas
negara, ketok palu penutupan bursa selalu dilakukan sekitar empat atau
lima hari setelah undian grup Liga Champions dilakukan. Tentu saja,
adrenalin para petinggi klub masih bisa dipuaskan dalam rentang waktu
tersebut, namun dengan sebuah konsekuensi wajar: tekanan sempitnya waktu
atas nilai transfer yang bisa menjadi spiral harga dalam proses
negosiasi.
FC Barcelona, sebagai salah satu pemain besar di bursa transfer, tak
bisa dipandang sebelah mata sebagai pihak yang dapat memicu pergerakan
jual-beli pemain. Setidaknya beberapa rekrutan, seperti Zlatan
Ibrahimovic, baru dapat terealisasi kala tim asal mereka sudah
mendapatkan lampu hijau pengganti yang sepadan. Saking besarnya
keinginan Barca menyegel tanda tangan penyerang jangkung asal Swedia
tersebut, harganya pun meroket tinggi, walaupun tidak seluruh pembayaran
diwujudkan dalam bentuk kas.
Ada sebuah pola yang terlihat lebih rapi dilaksanakan oleh manajemen
transfer oleh Barca dalam beberapa musim belakangan. Tekanan waktu yang
sempit berusaha dihindari dalam negosiasi transfer. Ini setidaknya bisa
menjelaskan beberapa pola transfer yang dilakukan Barca, yang nantinya
akan berujung pada pengeluaran klub yang lebih sedikit.
Pertama, disadari bahwa membeli lebih awal memberikan ketenangan
psikologis bagi klub dalam memastikan kewajaran nilai seorang pemain.
Adalah nama Javier Mascherano yang terakhir kali diboyong oleh klub saat
liga sudah dimulai. Ya, bila diingat sejarah kedatangan Mascherano,
sebelum benar-benar terealisasi hitam di atas putih, Liga Inggris musim
2010/2011 kala itu sudah dimulai dan Liverpool sudah bersiap diri untuk
melawan nama besar di awal musim.
Kedua, dengan kekhususan gaya bermain yang tidak diadopsi penuh oleh
klub lain mana pun di dunia, Barca menghindari membeli pemain di luar
musim panas. Untuk poin kedua ini, ingatan mundur kita berujung kepada
Maximmiliano Lopez, striker berambut pirang asal Argentina.
Setelah kedatangannya, Barca tak pernah lagi membeli pemain di jeda
transfer awal tahun. Alasan adaptasi permainan yang sudah harus
terhimpit babak-babak krusial kompetisi Eropalah yang membungkus pola
ini.
Maka, dengan berkaca pada dua poin di atas, hampir dapat dipastikan
bahwa ke-25 nama pemain yang didaftarkan oleh Gerardo “Tata” Martino
untuk menghadapi musim ini, akan berakhir dengan daftar yang sama di
bulan Mei tahun depan. Bisa saja ada pergantian nama, namun tampaknya
hal ini lebih berkisar pada promosi pemain junior untuk menggantikan
pemain yang cedera. Tentunya, fokus Barca untuk mencari seorang bek
tengah baru kembali tidak terealisasi musim ini.
Lupakan duet bek tengah tim nasional Brasil, David Luiz dan Thiago
Silva. Walaupun diyakini dapat memperkokoh benteng pertahanan Barca,
harga mereka yang membubung tinggi langsung mengerutkan dahi petinggi
Barca. Belum lagi gaji mereka yang disokong miliarder minyak sulit
diterima di Camp Nou. Lupakan pula Daniel Agger, bek tangguh Liverpool.
Bandrolnya memang lebih murah dari dua nama pertama, namun tampaknya
pemain asal Skandinavia ini terlalu “Inggris”. Gaya bermainnya terlalu
lugas dan tidak terlihat luwes untuk berkostum biru merah kebanggaan
Barca.
Ada lagi nama Marquinhos dan Mamadou Sakhou yang sebenarnya punya
potensi di usia mereka yang masih muda. Kedatangan Marquinhos dari kota
Roma tidak membukakan mata petinggi Barca mengalihkan energi untuk
merayu Sakhou, seorang bek dengan persentase akurasi umpan pendek
mencapai 92%, yang posisinya makin terancam di PSG sebagai efek domino
berlabuhnya Marquinhos. Nama Marquinhos, yang sebelum berbaju PSG
disebutkan sedang diincar Barca, serta Sakhou, yang juga tersebut dalam
radar Barca, akhirnya sama-sama menikmati pengalaman di klub baru musim
ini.
Nyatanya, dari sekian nama yang ditargetkan untuk menutup celah di
lini belakang Barca, tidak ada satu pun yang terealisasi. Untuk mengisi
empat pos pemain belakang, Tata pun mendaftarkan enam pemain belakang
murni, yakni Dani Alves, Jordi Alba dan Martin Montoya untuk pos bek
sayap, serta Gerard Pique, Carles Puyol dan Marc Bartra untuk pos bek
tengah. Pos bek sayap akan ikut ditutup oleh Adriano Correia, sementara
posisi bek tengah akan melibatkan Mascherano dan Alexandre Song. Maka
total ada 9 pemain yang bisa dimaksimalkan Tata, sudah termasuk kapten
Puyol yang masih belum sembuh dari cedera panjangnya.
Yang menarik, Tata terlihat sudah sangat nyaman dengan lini belakang
Barca. Lihat saja, dari 14 kali substitusi pemain dalam lima
pertandingan resmi (tiga di liga dan dua di Piala Super Spanyol) yang
sudah dijalani Barca, hanya satu kali pergantian di lini belakang ia
lakukan, itu pun terjadi karena adanya pemain yang cedera, yakni saat
Alves masuk menggantikan Adriano, sang pencetak gol tunggal ke gawang
Malaga. Kaki-kaki segar lebih diutamakan Tata untuk masuk menginjak area
serang Barca.
Boleh dibilang, skuad Barca musim ini lebih ramping dibanding musim
lalu. Dikatakan lebih ramping bukanlah atas dasar kuantitas, karena toh
jumlah pemain yang didaftarkan tiap musim adalah sama. Disebut lebih
ramping karena secara kualitas, lebih sedikit pemain Barca musim ini
yang telah bermain dalam pertandingan-pertandingan berkelas tinggi.
Faktor pembeda utama adalah kehilangan aset penting Thiago Alcantara. Ia
merupakan satu-satunya pemain muda potensial di dua musim terakhir yang
sudah mengecap banyak laga penting bersama tim senior. Sayang memang,
Barca harus menjualnya dengan harga yang lebih murah dibanding potensi
besar yang dimilikinya. Untuk menebus ketiadaannya, Tata mempromosikan
dua nama baru ke tim utama, yakni Jonathan dos Santos dan Sergi Roberto.
Bedanya, mereka berdua masih berstatus pelanggan laga Copa del Rey musim lalu. Bayangkan, Roberto saja baru mengecap sembilan menit waktu bermain di La Liga 2012/13.
Dampak aktivitas di bursa transfer menjadi pendorong Tata dalam
merotasi skuadnya. Dengan fokus pembenahan jangka panjang, Tata mencari
celah untuk mengorbitkan pemain-pemain muda di klub yang baru dilatihnya
ini. Lihat, mungkin banyak yang belum sadar soal pemberian nomor
punggung. Montoya diberikan nomor “2”, yang wajar bila ditafsirkan
sebagai sebuah niat pelatih memasukkannya ke dalam tim inti bila
kesempatannya tiba. Nomor “2” selama ini selalu dipakai oleh Alves. Kini
Alves mengenakan seragam bernomor punggung “22” yang sebelumnya menjadi
milik Eric Abidal.
Walaupun belum pernah diturunkan di musim ini, penomoran kaus bagi
Montoya tampaknya disadari Tata terkait usia Alves yang sudah berkepala
tiga dan potensi tinggi yang dimiliki Montoya. Musim lalu, Montoya
menjadi starter di 16 laga dan masuk sebagai pengganti di 8 pertandingan. Kontribusinya berbuah satu gol dan dua assist
dengan hanya mengantongi satu kartu kuning. Bahkan, kehadirannya di
lapangan hanya berujung pada 15 kali kebobolan bagi gawang Victor Valdes
atau Jose Pinto, artinya rasio perlindungannya terhadap gawang Barca
masih bisa mencegah Barca pasti kebobolan minimal satu gol di tiap laga.
Mungkin saja, akal Tata sedang berputar untuk mencari pengganti Alves
di musim ini dan memastikan angka budget transfer musim depan tidak tersedot untuk pos baru di luar bek tengah, yang kecil kemungkinan untuk tidak diburu lagi.
Di dua partai awal La Liga, Tata cukup berani memasukkan dua
gelandang muda, Dos Santos dan Sergi Roberto, di tengah pertandingan.
Padahal, posisi Barca pada saat itu belumlah aman dari kejaran Malaga
dan Valencia yang sedang dihadapinya. Menemukan pergantian pemain
bermodel seperti ini akan sulit bila kita mengurai perjalanan musim
lalu. Sekali lagi, ada harapan munculnya bintang-bintang muda baru
dengan tangan dingin Tata. Berawal dari kesulitan menemukan pemain bagus
dengan harga wajar di bursa, kini Tata sudah mulai bekerja dengan
rencana jangka panjang bagi skuadnya.
Visca Barca!
from :http://www.fcbarcelona.web.id/
0 komentar:
Post a Comment