Bahan Alam, khususnya herbal Indonesia telah lama dikenal dan digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan atau meringankan penyakit. Di Jawa tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama jamu. Di Jawa Barat dikenal dengan nama Landong, di daerah lain istilah ini dapat berbeda. Saat ini perkembangan penggunaan bahan alam khususnya herbal sangat meningkat. Oleh karena itu diperlukan kajian-kajian yang lebih mendalam mengenai herbal Indonesia, agar didapatkan sediaan herbal yang telah teruji khasiat, keamanan penggunaannya, kandungan senyawa aktif dan bentuk sediaan herbal yang memadai. Hal ini memerlukan cara pengujian yang benar. Diharapkan hasil pengujian itu akan menambah sediaan obat herbal baru yang termasuk kelompok obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Berikut pengembangan obat herbal terstandar untuk menyembuhkan berbagai penyakit :
1. Pengembangan obat herbal terstandar sebagai Antidiabetes militus
Tanaman yang berkhasiat hipoglikemik yang telah diteliti sampai tahap obat herbal terstandar adalah herba cecendet (Physalis angualata L.).
Herbal Cecendet /ciplukan (Physalis angualata L.)
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak air herba cecendet (Physalis angualata L.) mempunyai efek hipoglikemik yang setara dengan glibenklamid, dan aman digunakan. Telah dilakukan uji keamanannya. Hasil toksisitas akut menunjukkan bahwa ekstrak air daun cecendet aman digunakan, LD 50 di atas 5g/kgbb. Ekstrak dan sediaan kapsul telah dilakukan standarisasi. Hasil uji sesuai dengan persyaratan Kepmenkes No. 661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional.
2. Pengembangan obat herbal terstandar sebagai antihipertensi dan antihiperkolesterol
Tanaman obat yang telah dikembangkan sebagai obat herbal terstandar berkhasiat antihipertensi dan antikolesterol adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dan ceremai (Phyllanthus acidus L. Skeels) .
a. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Hasil uji preklinik menunjukkan bahwa ekstrak air daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) mempunyai efek antihipertensi dan antikolesterol. Telah diteliti karakterisasi dan analisis fitokimia simplisia dan ekstrak (Kusumaningati). Uji keamanan telah dilakukan melalui uji toksisitas akut, toksisitas subkronis, teratogenik ekstak air belimbing wuluh. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak air belimbing wuluh dinyatakan aman digunakan, namun tidak dianjurkan untuk wanita hamil (Sukandar). Telah dilakukan standarisasi ekstrak dan formulasi ekstrak air daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) menjadi sediaan herbal (kapsul).
b. Ceremai (Phyllanthus acidus L. Skeels)
Pengembangan ekstrak daun ceremai sebagai obat herbal berkhasiat antihiperkolesterol dan antihipertensi telah dilakukan, antara lain pengujian preklinik (uji efikasi secara in vivo, uji keamanan melalui uji toksisitas akut dan uji teratogenik). Standarisasi simplisia dan ekstrak telah dilakukan sehingga aman untuk digunakan.
sumber : Afifah
terima kasih sudah berkunjung.. semoga bermanfaat ya
ReplyDelete