Pada September 2014 lalu, seorang anak berkebangsaan Australia bernama Levi Walsh berumur 3 tahun dilarikan ke rumah sakit saat infeksi pada telinga yang memang biasa terjadi pada anak-anak tak kunjung sembuh. Orang tuanya sudah memberikan Levi obat antibiotik untuk melawan infeksi namun tetap saja tidak ada hasil.
Di The Children's Hospital daerah Westmead, Sydney, Levi menjalani operasi dan menerima lebih banyak antibiotik. Meski demikian, infeksi masih tetap terus berkembang dan menjalar.
Sang ibu, Teagan, mengatakan bahwa ia sangat ketakutan melihat keadan Levi. "Ini benar-benar sangat menakutkan. Anda berpikir karena ini rumah sakit ada banyak obat-obatan yang dapat terus dicoba. Tapi pihak rumah sakit kemudian kehabisan jenis obat yang dapat digunakan untuk Levi," ujar Teagan seperti dikutip dari ABC Australia, Selasa (25/11/2014).
Ayah dari Levi, Nick, mengatakan hal yang paling ia takutkan adalah jika infeksi menyebar sampai ke otak atau ke tulang belakang anaknya. Jika sampai mengenai saraf ada kemungkinan infeksi dapat menyebabkan kecacatan bahkan bila berhasil disembuhkan.
Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) dari The Children Hospital, Dr John Curotta mengatakan infeksi yang dialami oleh Levi adalah jenis infeksi yang resistan terhadap antibiotik. Oleh karena itu, infeksi pun menjadi sulit untuk disembuhkan.
"Kami berusaha dengan menggunakan antibiotik lini pertama, lini kedua, lini ketiga, bahkan sampai lini keempat," ujar Dr Curotta yang pada akhirnya berhasil menyembuhkan Levi dengan menggunakan antibiotik yang kuat.
Levi dikatakan Dr Curotta dengan infeksi seperti yang dialami sebenarnya berkemungkinan meninggal. Jika sembuh Levi bisa saja terserang stroke, lumpuh, dan tuli.
Dr Curotta mengatakan kasus seperti Levi terjadi akibat penyalahgunaan antibiotik yang membuat mikroba semakin kebal. Jika penggunaan antibiotik di seluruh dunia tidak berubah maka kasus seperti Levi akan semakin banyak terjadi.
"Kasus infeksi ini seperti burung kenari di tambang batu bara (sebagai peringatan untuk yang lain -red). Kami bertanya-tanya hal apa saja yang bisa terjadi di masyarakat," tutup Dr Curotta.
Dari kasus diatas kita belajar bahwa masyarakat perlu diberikan pemahaman mengenai cara penggunaan antiotik yang benar. Selain itu peran serta tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam mencegah terjadinya resistensi antibiotik pada masyarakat. Untuk tenaga Farmasis, berikanlah informasi yang jelas dan tepat kepada pasien ketika terdapat resep obat antibiotik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada pasien bahwa obat tersebut harus dihabiskan walau rasa sakit sudah hilang dan diminum jika 2x sehari maka obat diminum setiap 12 jam sekali atau jika 3x sehari maka obat itu diminum setiap 8 jam sekali. Salam Sehat
Dikutip dari : detik.com
0 komentar:
Post a Comment