Bahan Alam, khususnya herbal Indonesia telah lama dikenal dan digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan atau meringankan penyakit. Di Jawa tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama jamu. Di Jawa Barat dikenal dengan nama Landong, di daerah lain istilah ini dapat berbeda. Saat ini perkembangan penggunaan bahan alam khususnya herbal sangat meningkat. Oleh karena itu diperlukan kajian-kajian yang lebih mendalam mengenai herbal Indonesia, agar didapatkan sediaan herbal yang telah teruji khasiat, keamanan penggunaannya, kandungan senyawa aktif dan bentuk sediaan herbal yang memadai. Hal ini memerlukan cara pengujian yang benar. Diharapkan hasil pengujian itu akan menambah sediaan obat herbal baru yang termasuk kelompok obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Pengujian obat herbal (jamu) tidak sama dengan pengujian obat konvensional. Pada pengembangan obat baru dari kelompok kenvensional, pengujian efikasi senyawa baru dilakukan melalui uji praklinik terhadap hewan coba terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan uji klinik fase 1, fase 2, dan uji fase 3. Sedangkan pengembangan sediaan herbal (jamu) dilakukan berdasarkan observasi klinik penggunaan jamu di masyarakat yang telah terbukti keamanan penggunaannya secara empirik, studi etnomedisin, uji preklinik, dan uji komparatif.
Tahapan Penelitian Obat Herbal
Pengembangan penelitian obat herbal yang dilakukan meliputi beberapa tahapan, yaitu :
- Studi pustaka, atau laporan penggunaan masyarakat
- Determinasi tanaman
- Pembuatan simplisia
- karakterisasi dan telaah fitokimia simplisia
- standarisasi simplisia
- pembuatan ekstrak
- Karakterisasi ekstrak dan standarisasi ekstrak
- uji efek farmakologi, untuk mendapatkan bukti ilmiah tentang efek herbal, juga penetapan dosis penggunaannya. Uji efek farmakologi herbal meliputi uji pre klinik (uji efek farmakologi pada hewan coba) antara lain uji preklinik herbal yang berkhasiat antidiabetes, antihipertensi, antikolesterol, antihiperurisemia, analgetik anti inflamasi dan lain-lain.
- Uji keamanan ekstrak meliputi a. uji toksisitas akut ekstak : pada hewan coba mencit (Mus musculus ), galur Swiss Webster jantan dan betina. b. Uji toksisitas subkronis dan toksisitas kronis menggunakan hewan coba tikus (Rattus novergicus), galur Wistar jantan dan betina. c. uji teratogenik menggunakan hewan coba tikus galur wistar betina.
- Fraksinasi ekstrak untuk mengetahui senyawa aktif yang berkhasiat
- Uji farmakologi hasil fraksinasi
- Isolasi senyawa aktif
- Uji farmakologi isolat
- Karakterisasi isolat aktif
Penelitian yang telah dilakukan
Tanaman yang telah dipilih untuk diteliti adalah tanaman yang tumbuh di Indonesia dan berpotensi mudah untuk dibudidayakan . Dalam 10 tahun terakhir ini telah diteliti lebih dari 50 jenis tanaman. Tanaman yang telah diteliti antara lain adalah sebagai berikut :
- Rumput-rumputan : rumput patimah, rumput teki
- jamur : Jamur Ling Chi, jamur tiram, jamur kuping
- semak : cecendet, sambiloto, leunca, binahong, tapak dara
- Rimpang : temulawak, temuputih, ganyong
- pohon : nimba, salam, mindi, sirsak, buah manggis, jambu mete, jambu batu, nangka, belimbing, ceremai, mahkota dewa merah, mahkota dewa kuning, pisang, pepaya, bunga merak, dan lain-lain.
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dikembangkan menjadi sediaan obat herbal terstandar untuk membantu menyembuhkan penyakit tidak menular (PTM), antara penyakit hiperglikemia, hiperkolesterol, hipertensi, dan gout artritis .
Sumber : Prof. Afifah
0 komentar:
Post a Comment